Jumat, 13 September 2019

Biografi Deni Jazuli


Deni Jazuli, dilahirkan di tlatah timur utara Jawa, tepatnya di pesisir Lamongan, 28 Januari 1980, hari senin pon dari rahim ibunya Hj. Chilmiyatin. Dididik oleh keluarga nelayan sederhana, yang masa kecilnya dihabiskan bermain di pinggir pantai, usia 12 tahun dititipkan mondok oleh bapaknya Haji Sa’roni di pesantren Maskumambang Dukun Gresik selama 6 tahun. Di samping mondok juga belajar pada pamannya Syaiful Hadi tentang dasar-dasar Kapitayan, sehingga di usia remaja sudah terbiasa melakukan samadi untuk memohon pepadang kepada Hyang Maha Suci, dikemudian hari ditekuninya di Padepokan Kawruh Sadulur Sejati dibawa penuntun spiritual bopo Saprowi Suryaatmaja.

Seusai tamat jenjang pendidikan Aliyah, dia melanjutkan kuliah di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta 1999. Di kota pelajar inilah dia menggandrungi dunia kesenian dan kebudayaan, ditempah di Sanggar Nuun Fakultas Adab, dimana minat keseniannya mulai terarah. Mengikuti beberapa produksi teater Sanggar Nuun di antaranya : Study Pentas, tahun 2000. Berjalan di Persinggahan (Jogja-Surabaya-Malang) 2001. Detak Diharibaan (Jogja-Bandung-Jakarta) 2002. Tek Tok Lesung (Jogjakarta) 2004. Produksi Musik : Menggapai Cahaya Ilahi (Jogja), Islamic Art Colaborasi (Jogja), Selamat Datang Keresahan (Jogjakarta), Witir Selo Merapi (Jogjakarta-Pamekasan).

Setamat kuliah di Jogjakarta (2006), Menikah dengan gadis Parahiyangan dan menetap di Bandung, di sana aktif membantu istrinya (mantan istri) mengelolah sanggar seni tari Dewi Rengganis. Di tahun 2015, pulang kembali ke jawa, dan bekerja sebagai nelayan di pesisir pantura Lamongan, selama dua tahun lebih sempat fakum dari dunia kesenian, hanya berguru pada guru yang mengajarkan wirid, wifiq dan mendirikan Langgar Budaya Thibbul Qulub di Desa Campurejo, Gresik. Hingga suatu saat bertemu adik angkatan di sanggar Nuun Jogjakarta dan bersama berkarya di Sanggar Anak Laut (SAUT), kemudian ditunjuk untuk mendampingi Teater Ilat IAI TABAH Lamongan sebagai pendamping dan berproses hingga menelurkan karya Produksi Teater Mega Bukit (Lamongan-Gresik). Dewi Sekardadu, Bahterah Cahaya (Lamongan), dan bersama rekan-rekan seniman pantura Lamongan membidani lahirnya Rumah Budaya Pantura.

Awal perkenalan dengan teman-teman seniman Gresik yang tergabung dalam Komunitas KOTASEGER, membuatnya berproses di antaranya produksi Teater Risalah Tujuh Bukit (Gresik-Surabaya) yang merupakan hasil dialog kegelisahan yang diutarakannya di Warung kopi di pinggir pantai. Berproses juga dalam produksi teater Ngelmu Ngalip (Gresik). Sekarang dia tinggal di pesisir Lamongan bersama buah hatinya Ifeginia Tribuana Tungga Dewi, sebagai nelayan, berkesenian dan mendidik putrinya, sambil mengelola sanggar kecil di tlatah Ujung pangkah yang didirikannya bersama rekan seniman pesisir gresik, Sanggar Pasir namanya. Saat kini mencoba menulis dan mengumpulkan karya puisi dari putrinya, Kidung Angin dan Tarian ombak. Serat Sesaji Suci adalah antologi puisi yang sedang ditulisnya. Dan membantu putrinya menyelesaikan antologi puisi Canting si Penari.

Bermukim di Desa Weru Kecamatan Paciran Lamongan, juga di Sanggar Pasir dengan alamat Mulyosari, Banyuurip, Ujung Pangkah, Gresik Jawa Timur. WA: 081370532378 Fb: Deny Jazuly Youtube: Larung Sastra Budaya Pantura. Blogger Sanggar Pasir (denijazuli1@gmail). No Rekening : Deni jazuli SHI. BRI 6300-01-005226-50-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog