By: Deni Jazuli
Suatu waktu dimusim yang menggigil,aku bertemu denganmu Jum,disebuah pojok remang sebuah kafe,dari mejaku aku mengintipmu,aku perhatikan matamu yg kecoklatan,alis yg berjajar rapi seperti barisan semut,hidungmu yg tidak begitu mancung,serta bibirmu yg penuh dan seksi kelihatan basah,tp yang menarik adalah barisan gigimu yang berjajar rapi.
Harus kuakui kau tidaklah jelek,namun kelihatan menarik dengan kulit wajah yg lembut.
Ternyata kau mengetahui bahwa aku mengintipmu dari balik kacamata hitamku,saat itu aku memakai kaca mata hitam,meski dalam ruangan yg temaram,ya...aku mengunakan kaca mata hitamku sebagai penutup mata,agar aku bisa sedikit terlelap disofa kafe itu.
Kau mendekatiku dan tertawa..
Tentu saja aku terkaget.
Ternyata aku baru sadar bahwa sepertinya,aku samar samar mengenalmu.
Kata dokter aku didiagnosa menderita amnesia ringan,jadi aku harus sedikit tenang untuk bisa mengumpulkan seluruh ingatanku tentangmu.
Aku teguk sedikit air putih,agar otakku mengalir oksigen.
Ooohh...aku mengenalmu,ya..tidak salah lagi, kau Jum,teman kecilku dulu.
Aku ingat, beberapa kali kita pernah bersepeda dipadang rumput dilereng lereng bukit disekitar kampung kita.
Jum,nasib apa yang membawamu,hingga sampai dikota ini,tempat ini,ternyata dunia tidaklah selebar dan seluas yang kita kira,buktinya ditempat yg aku sendiri merasa terasing,jauh dari kampung dan negeri,aku masih saja bertemu dengan orang sekampungku,dan itu kamu Jum,aku mengira hanya aku sendiri orang asing yg terdampar ditempat ini,jauh...jauh dari negeri dan kampung halaman.
Oh ya Jum,kau tak merasa canggung,kau duduk disampingku,disofa yang sama,kau sandarkan kepalamu disandaran sofa,kau tarik nafas perlahan dan pasti,lalu kau hembuskan,bibirmu tersenyum,aku menyangka kau tentunya merasa bahagia.
Tiba tiba,seakan tak percaya,aku melihat matamu perlahan sembab dan bulir bulir air bening menetes dari matamu yg kecoklatan,jatuh mengalir Perlahan di pipimu.
Belum sempat aku bertanya,kau bangun dan bergegas pergi.
Sebelum beranjak sempat kau berikan kartu kecil yang tertera nomor telfonmu,
"Telfonlah besok,bila kau tidak sibuk",katamu,sambil berjalan pergi.
Jum,saat itulah aku bertemu denganmu lagi.
Diluar hujan mulai deras.
( Bersambung )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar